Rule of Thirds: prinsip komposisi foto yang membuat gambar lebih seimbang.
Hampir semua fotografer pernah mendengar tentang Rule of Thirds (Aturan Sepertiga). Biasanya, aturan ini lebih dianggap sebagai panduan atau saran, bukan aturan baku yang harus diikuti. Tapi, tahukah kamu kalau asal-usul Rule of Thirds bisa ditelusuri jauh ke abad ke-18?
Apa Itu Rule of Thirds?
Secara sederhana, Rule of Thirds adalah prinsip komposisi yang membagi bingkai foto menjadi sembilan bagian sama besar, dengan dua garis horizontal dan dua garis vertikal. Titik pertemuan garis-garis ini diyakini sebagai area yang paling menarik perhatian mata manusia. Karena itu, menempatkan objek utama pada titik-titik tersebut bisa membuat foto terlihat lebih seimbang dan enak dipandang.
Misalnya, dalam fotografi lanskap, horizon biasanya diletakkan di garis sepertiga, bukan tepat di tengah. Dengan begitu, langit bisa menempati dua pertiga bagian atas foto, sementara daratan atau laut menempati sepertiga sisanya. Prinsip sederhana ini sering dipakai secara sadar maupun tidak oleh fotografer.
Dari Abad ke-18
Walaupun prinsip komposisi sudah lama digunakan seniman, orang pertama yang memberi nama Rule of Thirds adalah John Thomas Smith, seorang pelukis, pengukir, dan penulis asal London (1766–1833). Ia juga dikenal dengan julukan “Antiquity Smith” karena karyanya Antiquities of London and its Environs, dan sempat menjabat sebagai Keeper of Prints di British Museum.
Pada tahun 1797, Smith menulis buku berjudul Remarks on Rural Scenery. Dalam salah satu bab, ia membahas karya Rembrandt berjudul The Cradle, yang sebagian besar bagiannya dipenuhi bayangan. Dari situlah ia menyimpulkan bahwa dalam seni visual, pembagian dua pertiga dan sepertiga bisa membuat mata penonton lebih nyaman.
Smith menuliskan bahwa:
- Dalam satu gambar, tidak boleh ada dua elemen yang sama-sama kuat. Harus ada yang utama, dan yang lain mendukung.
- Perbandingan dua pertiga berbanding sepertiga membuat komposisi lebih harmonis dibanding pembagian setengah-setengah atau proporsi lain.
- Prinsip ini bisa diterapkan pada cahaya, bayangan, garis, warna, hingga penempatan objek dalam lanskap.
Dialah yang untuk pertama kalinya menyebutnya sebagai Rule of Thirds.
Aturan atau Sekadar Panduan?
Seperti halnya banyak teori seni, Rule of Thirds juga pernah dikritik. Bahkan dalam seni modern, banyak seniman yang justru sengaja melanggar aturan ini. Namun, faktanya aturan ini tetap bertahan karena memang terbukti membantu menciptakan komposisi yang lebih enak dipandang.
Meski disebut “aturan”, sebenarnya lebih tepat jika menganggapnya sebagai aturan praktis atau pedoman umum. Bukan kewajiban, melainkan panduan yang bisa digunakan dan tentu boleh dilanggar untuk menghasilkan karya visual yang lebih kuat.
Jadi, asal-usul Rule of Thirds ternyata berasal dari seorang seniman abad ke-18 bernama John Thomas Smith. Hingga hari ini, prinsip sederhana ini masih menjadi salah satu teknik komposisi paling populer dalam fotografi maupun seni visual lainnya.